BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Undang Undang No. 14 tentang Guru dan Dosen pasal 35 ayat (1) menyatakan bahwa tugas guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan lainnya. Ayat (2) dari pasal tersebut menyatakan bahwa beban kerja guru adalah sekurang-kurangnya 24 jam tatap muka dan sebanyak-banyaknya 40 jam tatap muka dalam satu minggu.Berdasarkan hasil penelitian penempatan guru yang dilakukan oleh Ditjen PMPTK tahun 2003, ditemukan bahwa rasio guru – siswa di Indonesia sudah cukup ideal, sebagai contoh, untuk tingkat SD 1 : 21, SMP 1 : 17, dan SMA 1 : 14. Namun, melalui penelitian itu juga ditemukan bahwa sebaran penempatan guru tidak seimbang, baik dari segi jumlah maupun bidang studi yang diampu oleh guru. Sebagai akibatnya, ada guru yang kekurangan jam tatap muka, sebaliknya ada yang lebih.Sehubungan dengan itu, perlu dilakukan perincian kegiatan guru terkait dengan beban tatap muka yang harus dipenuhinya. Untuk tugas pokok menilai hasil pembelajaran, ditetapkan bahwa ada tiga jenis penilaian hasil belajar, yaitu: (1) penilaian tes, (2) penilaian sikap, dan (3) penilaian karya (Pedoman Penghitungan Beban Kerja Guru, 2008). Berdasarkan ketentuan tersebut, maka menjadi jelas apa dan bagaimana cara penilaian hasil pembelajaran dalam KTSP. Sebagai tindak lanjut dari ketentuan tersebut, guru perlu memiliki pengetahuan tentang cara-cara penilaian di atas, dan dapat melakukannya untuk mendukung kualitas kinerja profesionalnya.
ASPEK YANG DIUKUR DALAM PENILAIAN
1. Kognitif
(Menurut Bloom, Englehart, Furst, Hill, Krathwohl’ 56)
- Pengetahuan (recalling), kemampuan mengingat (misalnya: nama ibu koota, rumus)
- Pemahaman (Comprehension), kemampuan memahami (misalnya: menyimpulkan suatu paragraf)
- Aplikasi (application), kemampuan penerapan (misalnya : menggunakan suatu informasi / pengetahuan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah).
- Analisis (Analysis), kemampuan menganalisa suatu informasi yang luas menjadi bagian-bagian kecil (misalnya : menganalisis bentuk, jenis atau arti suatu puisi).
- Sintesis (syntesis). Kemampuan menggabungkan beberapa informasi menjadi suatu kesimpulan (misalnya : memformulasikan hasil penelitian di laboratorium)
- Evaluasi (Evaluation), kemampuan mempertimbangkan mana yang baik dan mana yang burukl dan memutuskan untuk mengambil tindakan tertentu.
2. Afektif
- Menerima (receiving) termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, respon, control dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar.
- Menanggapi (responding): reaksi yang diberiokan: ketepatan aksi, perasaan, kepuasan dll.
- Menilai (evaluating):kesadaran menerima norma, system nilai dll.
- Mengorganisasi (organization): pengembangan norma dan nilai organisasi system nilai
- Membentuk watak (characterization): system nilai yang terbentuk mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku
3. Psikomotor
Psikomotor merupakan tindakan seseorang yang dilandasi penjiwaan atas dasar teori yang dipahami dalam suatu mata pelajaran.
Ranah psikomotor :
- Meniru (perception)
- Menyususn (Manipulating)
- Melakukan dengan prosedur (precision)
- Melakukan dengan baik dan tepat (articulation)
- Melakukan tindakan secara alami (naturalization)
ASPEK YANG DIUKUR DALAM PENILAIAN
1. Kognitif
(Menurut Bloom, Englehart, Furst, Hill, Krathwohl’ 56)
- Pengetahuan (recalling), kemampuan mengingat (misalnya: nama ibu koota, rumus)
- Pemahaman (Comprehension), kemampuan memahami (misalnya: menyimpulkan suatu paragraf)
- Aplikasi (application), kemampuan penerapan (misalnya : menggunakan suatu informasi / pengetahuan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah).
- Analisis (Analysis), kemampuan menganalisa suatu informasi yang luas menjadi bagian-bagian kecil (misalnya : menganalisis bentuk, jenis atau arti suatu puisi).
- Sintesis (syntesis). Kemampuan menggabungkan beberapa informasi menjadi suatu kesimpulan (misalnya : memformulasikan hasil penelitian di laboratorium)
- Evaluasi (Evaluation), kemampuan mempertimbangkan mana yang baik dan mana yang burukl dan memutuskan untuk mengambil tindakan tertentu.
2. Afektif
- Menerima (receiving) termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, respon, control dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar.
- Menanggapi (responding): reaksi yang diberiokan: ketepatan aksi, perasaan, kepuasan dll.
- Menilai (evaluating):kesadaran menerima norma, system nilai dll.
- Mengorganisasi (organization): pengembangan norma dan nilai organisasi system nilai
- Membentuk watak (characterization): system nilai yang terbentuk mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku
3. Psikomotor
Psikomotor merupakan tindakan seseorang yang dilandasi penjiwaan atas dasar teori yang dipahami dalam suatu mata pelajaran.
Ranah psikomotor :
- Meniru (perception)
- Menyususn (Manipulating)
- Melakukan dengan prosedur (precision)
- Melakukan dengan baik dan tepat (articulation)
- Melakukan tindakan secara alami (naturalization)
BAB II
JENIS PENILAIAN NON TES
A. OBSERVASIJENIS PENILAIAN NON TES
Pada umumnya alat penilaian dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu test dan non test. Kedua jenis ini dapat digunakan untuk menilai sasaran penilaian.
Menurut Sudjana (1989: 67, “Pengertian test sebagai alat penilaian adalah pernyataan-pernyataan yang diberikan pada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (test lisan) dan dalam bentuk tertulis (test tertulis) atau dalam bentuk perbuatan (test tindakan)”.
Pada umumnya penilaian non test adalah penilaian pengamatan perubahan tingkah laku yang berhubungan dengan apa yang dapat diperbuat atau dikerjakan oleh peserta didik dibandingkan dengan apa yang diketahui atau dipahaminya. Dengan kata lain penilaian non test behubungan dengan penampilan yang dapat diamati dibandingkan dengan pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati oleh indera.
Adapun menurut Hasyim (1997: 8)
”Penilaian non test adalah penilaian yang mengukur kemampuan sisiwa secara langsung dengan tugas-tugas riil dalam proses pembelajaran. Contoh penilaian non test banyak terdapat pada keterampilan menulis untuk bahasa, percobaan laboratorium sains, bongkar pasang mesin, teknik dan sebagainya”.
Disamping penilaian non test merupakan suatu kesatuan dengan penilaian test lainya, karena test pada dasarnya menilai apa yang diketahui, dipahami, diaplikasikan atau yang dapat dilakukan oleh pesrta didik dalam tingkatan proses mental yang lebih tinggi. Meskipun itu dapat didemonstaasi dalam tingkah lakunya. Karena itu dibutuhkan beberapa penilaian non test yang merupakan bagian keseluruhan dari penilaian hasil belajar peserta didik. Dan penilaian non test ini pula merupakan penilaian Autentik yang menilai keterampilan dan pemahaman dengan menilai secara langsung performasi murid dengan setting yang alami.
Meskipun bentuk-bentuk test formal sangat lazim digunakan sampai pada test yang digunakan, tetap saja ditemukan berbagai kelemahan didalam sistemnya. Kelemahan tersebut antara lain penilain yang hanya berfokus pada aspek kognitif dengan materi dan keterampilan yang sangat terbatas, tidak memerlukan nalar dan keterampilan pemecahan masalah,serta tidak menilai menerapkjan secara langsung dalam dunia nyata untuk mengatasinya, diperlukan jenis penilaian lain yaitu non test.
2..Fungsi Penilaian Non Test.
Inti penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai pada objek tertentu berdasarkan suatu criteria tertentu. Mengimplementasikan adanya suatu perbandungan antara criteria dan kenyataan dalam konteks situasi tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa, yaitu adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, efektif dan psikomotorik. Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan pengajaran. Sejauh mana keaktifan dan efensiensinya dalam perubahan tingkah laku siswa.
Sejalan dengan pengertian tentang penilaian non test yang dikemukakan oleh Hasyim (1997:6), penilaian non test berfungsi antara lain sebagai berikut:
a. Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional. Dengan fungsi ini maka penilaiain dapatmengacu pada rumusan-rumusan instruksional.
b. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar, perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan instruksional, kegiatan siswa, strategi mengajar guru, dan lain-lain.
c. Dalam menyusun laporan pengajuan belajar siswa kepada para orang tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang studi dalam bentuk nila-nilaii prestasi yang didapatinya.
d. Dapat digunakan untuk menilai berbagai aspek kognitif tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik.
e. Dapat memberikan pertanggung jawaban (accountability) dari pihak sekolah pada pihak pihak yang lain, karena diperoleh langsung dari proses belajar baik di kelas, laboratorium, lapangan, dan lain-lain.
Dengan demikian, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, khususnya penilaian dan test akan mempengaruhi laangkah-langkah selanjutnya yang harus diambil seorang guru dalam mengembangkan kegiatan belajar mengajar. Apabila seorang guru hanya mengutamakan penilaian test khususnyapada bidang studi bahasa Indonesia, tentu juga dapat mempengaruhi psikologi anak dalam menumbuhkan motivasi belajar karena yang dinilai hanya sebagian dari hasi belajar tanpa memperhatikan proses, kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang tidak efektif akan tetap berlangsung dan hasil proses progam pengajaran tersebut akan tetap kurang efektif. Begitupun jika guru gagal menyadari kekurang berhasilan sejumlah siswa dalam menyelesaikan tuga-tugas pelajarannya pada sebuah program pengajaran, maka anak tersebut akan mendapat kesulitan yang berkesinambungan dan akan sangat fatal bagi kehidupan belajarnya di Sekolah Dasar bahkan bagi keseluruhan sejarah persekolahan.
3.Karakteristik Penilaian Non test
Dalam instumen non test yang diukur adalah perubahan tingkah laku yang berhubugan dengan apa yang dibuat atau dikerjakan oleh peserta didik ketimbang apa yang diketahui atau dipahaminya. Dengan kata lain, instrument pengukuran seperti itu terutama berhubungan dengan penampilan yang dapat diamati ketimbang dan proses mental lainnya yang tidak diamati dengan indera.
Disamping itu, alat ukur seperti ini merupakan satu kesatuan dengan alat ukur test lainnya, karena test pada dasarnya mengukur apa yang diketahui, dipahami, diaplikasikan atau yang dapat dilakukan oleh peserta didik dalam tingkatan proses mental yang lebih tinggi, meskipun itu dapat didemonstrasikan dalam tingkah lakunya. Karena itu dibutuhkan beberapa alat ukur non test merupakan bagian keseluruhan dari alat ukur hasil belajar peserta didik.
“Ada beberapa kategori pokok dalam instrument alat ukur, keberhasilan belajar non test yang dapat diterapkan di Sekolah sebagai berikut :
1. Observasi
Digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Ada 3 jenis observasi, yakni :
a. Observasi langsung yaitu pengamatan dilakukan secara apa adanya, bahkan yang diamati tidak tahu bahwa sedang diamati. Pengamatan dan pengukuran sikap, dilaksanakan diluar jadwal pembelajaran atau tatap muka yang resmi, dikategorikan sebagai kegiatan tatap muka.
b. Observasi tidak langsung yaitu : Pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur (format Penilaian proses ), Pengamatan dan pengukuran sikap dapat dilakukan di dalam kelas menyatu dalam proses tatap muka pada jadwal yang ditentukan, dan atau di luar kelas.
c. Observasi Partisifatif yaitu : pengamat harus melibatkan diri atau ikut serta dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh individu atau kelompok yang diamati bahkan Pengamatan dan pengukuran sikap dilaksanakan oleh semua guru sebagai bagian tidak terpisahkan dari proses pendidikan, untuk melihat hasil pendidikan yang tidak dapat diukur lewat tes tertulis atau lisan.
Tujuan penilaian ini adalah untuk mengetahui bagaimana bisa terjadi perubahan perilaku seperti perilaku gerakan yang aneh, perilaku bicara yang khas dan sebagainya. Berdasarkan pertimbangan itu bahwa perubahan perilaku adalah suatu cara untuk berkomunikasi dengan lingkungan. Penilaian fungsional termasuk wawancara, observasi langsung dan interaksi secara langsung untuk mengetahui apakah anak menderita autis atau dikaitkan ketidakmampuan dalam komunikasi melalui perilaku anak.Penilaian secara fungsional ini akan membantu dalam perencanaan intervensi atau terapi okupasi yang harus diberikan.
Hal ini juga sesuai dengan salah satu dari 10 ketrampilan yang harus dikuasai oleh seorang pendidik yaitu
1. Mengembangkan kepribadian
2. Menguasai Landasa Pendidikan.
3. Menguasai Bahan Pengajaran.
4. Menyusun Program Pengajaran.
5. Melaksanakan Program Pengajaran
6. Menilai Hasil Proses Belajar Mengajar yang telah di Laksanakan.
7. Menyelenggarakan Program Bimbingan
a) Membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar
b) Membimbing siswa yang berkelainan dan berbakat khusus
c) Membimbing siswa untuk menghargai pekerjaan masyarakat
8. Menyelenggarakan Administrasi Sekolah.
9. Berinteraksi Dengan Sejawat.
10. Menyelenggarakan Penelitian Sederhana Untuk Keperluan Pengajaran
Penilaian dasar bermain juga merupakan observasi langsung yang penting untuk dilakukan. Penilaian ini melibatkan orang tua, guru, pengasuh atau anggota keluarga lainnya untuk mengamati situasi permainan yang dapat memberikan informasi hubungan sosial, eomosional, kognitif dan perkembangan komunikasi. Dengan mengetahui kebiasaan belajar anak dan pola interaksi melalui penilaian permainan, pengobatan secara individual dapat direncanakan.
c. Penilaian non tes berupa penilaian hasil karya.
• Hasil karya siswa dalam bentuk tugas, projek dan atau produk, portofolio, atau bentuk lain dilakukan di ruang guru atau ruang lain dengan jadwal tersendiri.
• Penilaian ada kalanya harus menghadirkan peserta didik agar tidak terjadi kesalahan pemahaman dari guru mengingat cara penyampaian informasi dari siswa yang belum sempurna.
• Penilaian hasil karya ini dapat dikategorikan sebagai kegiatan tatap muka dengan beban yang berbeda antara satu mata pelajaran dengan yang lain. Tidak tertutup kemungkinan ada mata pelajaran yang nilai beban non tesnya sama dengan nol.
Menurut Sudjana (1989: 67, “Pengertian test sebagai alat penilaian adalah pernyataan-pernyataan yang diberikan pada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (test lisan) dan dalam bentuk tertulis (test tertulis) atau dalam bentuk perbuatan (test tindakan)”.
Pada umumnya penilaian non test adalah penilaian pengamatan perubahan tingkah laku yang berhubungan dengan apa yang dapat diperbuat atau dikerjakan oleh peserta didik dibandingkan dengan apa yang diketahui atau dipahaminya. Dengan kata lain penilaian non test behubungan dengan penampilan yang dapat diamati dibandingkan dengan pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati oleh indera.
Adapun menurut Hasyim (1997: 8)
”Penilaian non test adalah penilaian yang mengukur kemampuan sisiwa secara langsung dengan tugas-tugas riil dalam proses pembelajaran. Contoh penilaian non test banyak terdapat pada keterampilan menulis untuk bahasa, percobaan laboratorium sains, bongkar pasang mesin, teknik dan sebagainya”.
Disamping penilaian non test merupakan suatu kesatuan dengan penilaian test lainya, karena test pada dasarnya menilai apa yang diketahui, dipahami, diaplikasikan atau yang dapat dilakukan oleh pesrta didik dalam tingkatan proses mental yang lebih tinggi. Meskipun itu dapat didemonstaasi dalam tingkah lakunya. Karena itu dibutuhkan beberapa penilaian non test yang merupakan bagian keseluruhan dari penilaian hasil belajar peserta didik. Dan penilaian non test ini pula merupakan penilaian Autentik yang menilai keterampilan dan pemahaman dengan menilai secara langsung performasi murid dengan setting yang alami.
Meskipun bentuk-bentuk test formal sangat lazim digunakan sampai pada test yang digunakan, tetap saja ditemukan berbagai kelemahan didalam sistemnya. Kelemahan tersebut antara lain penilain yang hanya berfokus pada aspek kognitif dengan materi dan keterampilan yang sangat terbatas, tidak memerlukan nalar dan keterampilan pemecahan masalah,serta tidak menilai menerapkjan secara langsung dalam dunia nyata untuk mengatasinya, diperlukan jenis penilaian lain yaitu non test.
2..Fungsi Penilaian Non Test.
Inti penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai pada objek tertentu berdasarkan suatu criteria tertentu. Mengimplementasikan adanya suatu perbandungan antara criteria dan kenyataan dalam konteks situasi tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa, yaitu adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, efektif dan psikomotorik. Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan pengajaran. Sejauh mana keaktifan dan efensiensinya dalam perubahan tingkah laku siswa.
Sejalan dengan pengertian tentang penilaian non test yang dikemukakan oleh Hasyim (1997:6), penilaian non test berfungsi antara lain sebagai berikut:
a. Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional. Dengan fungsi ini maka penilaiain dapatmengacu pada rumusan-rumusan instruksional.
b. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar, perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan instruksional, kegiatan siswa, strategi mengajar guru, dan lain-lain.
c. Dalam menyusun laporan pengajuan belajar siswa kepada para orang tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang studi dalam bentuk nila-nilaii prestasi yang didapatinya.
d. Dapat digunakan untuk menilai berbagai aspek kognitif tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik.
e. Dapat memberikan pertanggung jawaban (accountability) dari pihak sekolah pada pihak pihak yang lain, karena diperoleh langsung dari proses belajar baik di kelas, laboratorium, lapangan, dan lain-lain.
Dengan demikian, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, khususnya penilaian dan test akan mempengaruhi laangkah-langkah selanjutnya yang harus diambil seorang guru dalam mengembangkan kegiatan belajar mengajar. Apabila seorang guru hanya mengutamakan penilaian test khususnyapada bidang studi bahasa Indonesia, tentu juga dapat mempengaruhi psikologi anak dalam menumbuhkan motivasi belajar karena yang dinilai hanya sebagian dari hasi belajar tanpa memperhatikan proses, kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang tidak efektif akan tetap berlangsung dan hasil proses progam pengajaran tersebut akan tetap kurang efektif. Begitupun jika guru gagal menyadari kekurang berhasilan sejumlah siswa dalam menyelesaikan tuga-tugas pelajarannya pada sebuah program pengajaran, maka anak tersebut akan mendapat kesulitan yang berkesinambungan dan akan sangat fatal bagi kehidupan belajarnya di Sekolah Dasar bahkan bagi keseluruhan sejarah persekolahan.
3.Karakteristik Penilaian Non test
Dalam instumen non test yang diukur adalah perubahan tingkah laku yang berhubugan dengan apa yang dibuat atau dikerjakan oleh peserta didik ketimbang apa yang diketahui atau dipahaminya. Dengan kata lain, instrument pengukuran seperti itu terutama berhubungan dengan penampilan yang dapat diamati ketimbang dan proses mental lainnya yang tidak diamati dengan indera.
Disamping itu, alat ukur seperti ini merupakan satu kesatuan dengan alat ukur test lainnya, karena test pada dasarnya mengukur apa yang diketahui, dipahami, diaplikasikan atau yang dapat dilakukan oleh peserta didik dalam tingkatan proses mental yang lebih tinggi, meskipun itu dapat didemonstrasikan dalam tingkah lakunya. Karena itu dibutuhkan beberapa alat ukur non test merupakan bagian keseluruhan dari alat ukur hasil belajar peserta didik.
“Ada beberapa kategori pokok dalam instrument alat ukur, keberhasilan belajar non test yang dapat diterapkan di Sekolah sebagai berikut :
1. Observasi
Digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Ada 3 jenis observasi, yakni :
a. Observasi langsung yaitu pengamatan dilakukan secara apa adanya, bahkan yang diamati tidak tahu bahwa sedang diamati. Pengamatan dan pengukuran sikap, dilaksanakan diluar jadwal pembelajaran atau tatap muka yang resmi, dikategorikan sebagai kegiatan tatap muka.
b. Observasi tidak langsung yaitu : Pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur (format Penilaian proses ), Pengamatan dan pengukuran sikap dapat dilakukan di dalam kelas menyatu dalam proses tatap muka pada jadwal yang ditentukan, dan atau di luar kelas.
c. Observasi Partisifatif yaitu : pengamat harus melibatkan diri atau ikut serta dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh individu atau kelompok yang diamati bahkan Pengamatan dan pengukuran sikap dilaksanakan oleh semua guru sebagai bagian tidak terpisahkan dari proses pendidikan, untuk melihat hasil pendidikan yang tidak dapat diukur lewat tes tertulis atau lisan.
Tujuan penilaian ini adalah untuk mengetahui bagaimana bisa terjadi perubahan perilaku seperti perilaku gerakan yang aneh, perilaku bicara yang khas dan sebagainya. Berdasarkan pertimbangan itu bahwa perubahan perilaku adalah suatu cara untuk berkomunikasi dengan lingkungan. Penilaian fungsional termasuk wawancara, observasi langsung dan interaksi secara langsung untuk mengetahui apakah anak menderita autis atau dikaitkan ketidakmampuan dalam komunikasi melalui perilaku anak.Penilaian secara fungsional ini akan membantu dalam perencanaan intervensi atau terapi okupasi yang harus diberikan.
Hal ini juga sesuai dengan salah satu dari 10 ketrampilan yang harus dikuasai oleh seorang pendidik yaitu
1. Mengembangkan kepribadian
2. Menguasai Landasa Pendidikan.
3. Menguasai Bahan Pengajaran.
4. Menyusun Program Pengajaran.
5. Melaksanakan Program Pengajaran
6. Menilai Hasil Proses Belajar Mengajar yang telah di Laksanakan.
7. Menyelenggarakan Program Bimbingan
a) Membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar
b) Membimbing siswa yang berkelainan dan berbakat khusus
c) Membimbing siswa untuk menghargai pekerjaan masyarakat
8. Menyelenggarakan Administrasi Sekolah.
9. Berinteraksi Dengan Sejawat.
10. Menyelenggarakan Penelitian Sederhana Untuk Keperluan Pengajaran
Penilaian dasar bermain juga merupakan observasi langsung yang penting untuk dilakukan. Penilaian ini melibatkan orang tua, guru, pengasuh atau anggota keluarga lainnya untuk mengamati situasi permainan yang dapat memberikan informasi hubungan sosial, eomosional, kognitif dan perkembangan komunikasi. Dengan mengetahui kebiasaan belajar anak dan pola interaksi melalui penilaian permainan, pengobatan secara individual dapat direncanakan.
c. Penilaian non tes berupa penilaian hasil karya.
• Hasil karya siswa dalam bentuk tugas, projek dan atau produk, portofolio, atau bentuk lain dilakukan di ruang guru atau ruang lain dengan jadwal tersendiri.
• Penilaian ada kalanya harus menghadirkan peserta didik agar tidak terjadi kesalahan pemahaman dari guru mengingat cara penyampaian informasi dari siswa yang belum sempurna.
• Penilaian hasil karya ini dapat dikategorikan sebagai kegiatan tatap muka dengan beban yang berbeda antara satu mata pelajaran dengan yang lain. Tidak tertutup kemungkinan ada mata pelajaran yang nilai beban non tesnya sama dengan nol.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULANPENUTUP
Salah satu jenis dari penilaian non test adalah :
1. Observasi
Observasi digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Ada 3 jenis observasi, yakni :
d. Observasi langsung yaitu pengamatan dilakukan secara apa adanya, bahkan yang diamati tidak tahu bahwa sedang diamati. Pengamatan dan pengukuran sikap, dilaksanakan diluar jadwal pembelajaran atau tatap muka yang resmi, dikategorikan sebagai kegiatan tatap muka.
e. Observasi tidak langsung yaitu : Pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur (format Penilaian proses ), Pengamatan dan pengukuran sikap dapat dilakukan di dalam kelas menyatu dalam proses tatap muka pada jadwal yang ditentukan, dan atau di luar kelas.
f. Observasi Partisifatif yaitu : pengamatan harus melibatkan diri atau ikut serta dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh individu atau kelompok yang diamati bahkan Pengamatan dan pengukuran sikap dilaksanakan oleh semua guru sebagai bagian tidak terpisahkan dari proses pendidikan, untuk melihat hasil pendidikan yang tidak dapat diukur lewat tes tertulis atau lisan.
Tujuan penilaian ini adalah untuk mengetahui bagaimana bisa terjadi perubahan perilaku seperti perilaku gerakan yang aneh, perilaku bicara yang khas dan sebagainya. Berdasarkan pertimbangan itu bahwa perubahan perilaku adalah suatu cara untuk berkomunikasi dengan lingkungan. Penilaian fungsional termasuk wawancara, observasi langsung dan interaksi secara langsung untuk mengetahui apakah anak menderita autis atau dikaitkan ketidakmampuan dalam komunikasi melalui perilaku anak.Penilaian secara fungsional ini akan membantu dalam perencanaan intervensi atau terapi okupasi yang harus diberikan.
1. Observasi
Observasi digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Ada 3 jenis observasi, yakni :
d. Observasi langsung yaitu pengamatan dilakukan secara apa adanya, bahkan yang diamati tidak tahu bahwa sedang diamati. Pengamatan dan pengukuran sikap, dilaksanakan diluar jadwal pembelajaran atau tatap muka yang resmi, dikategorikan sebagai kegiatan tatap muka.
e. Observasi tidak langsung yaitu : Pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur (format Penilaian proses ), Pengamatan dan pengukuran sikap dapat dilakukan di dalam kelas menyatu dalam proses tatap muka pada jadwal yang ditentukan, dan atau di luar kelas.
f. Observasi Partisifatif yaitu : pengamatan harus melibatkan diri atau ikut serta dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh individu atau kelompok yang diamati bahkan Pengamatan dan pengukuran sikap dilaksanakan oleh semua guru sebagai bagian tidak terpisahkan dari proses pendidikan, untuk melihat hasil pendidikan yang tidak dapat diukur lewat tes tertulis atau lisan.
Tujuan penilaian ini adalah untuk mengetahui bagaimana bisa terjadi perubahan perilaku seperti perilaku gerakan yang aneh, perilaku bicara yang khas dan sebagainya. Berdasarkan pertimbangan itu bahwa perubahan perilaku adalah suatu cara untuk berkomunikasi dengan lingkungan. Penilaian fungsional termasuk wawancara, observasi langsung dan interaksi secara langsung untuk mengetahui apakah anak menderita autis atau dikaitkan ketidakmampuan dalam komunikasi melalui perilaku anak.Penilaian secara fungsional ini akan membantu dalam perencanaan intervensi atau terapi okupasi yang harus diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
(2008). Pedoman Penghitungan Beban Kerja Guru. Jakarta: Ditjen PMPTK Depdiknas.
Azwar, Saifudin, (2003). Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Athanasou, J. & Lamprianou, I. (2002). A Teacher’s Guide to Assessment. Australia: Social Press.
Endang Purwanti, Dkk. (2008). Asesmen Pembelajaran SD (bahan cetak PJJ S1 PGSD). Ditjen Dikti Depdiknas.
Marhaeni, AAIN. Menggunakan Asesmen Otentik dalam Pembelajaran. (makalah).
Azwar, Saifudin, (2003). Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Athanasou, J. & Lamprianou, I. (2002). A Teacher’s Guide to Assessment. Australia: Social Press.
Endang Purwanti, Dkk. (2008). Asesmen Pembelajaran SD (bahan cetak PJJ S1 PGSD). Ditjen Dikti Depdiknas.
Marhaeni, AAIN. Menggunakan Asesmen Otentik dalam Pembelajaran. (makalah).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar